Yang namanya hidup, penuh dengan asam manis... Mulai dari Kakap asam manis, udang asam manis, bahkan cumi asam manis... oke, garing, cukup sampai di sini ngejayusnya.
Nah, gue pengen sedikit berbagi pengalaman gue sehari-hari kalo lagi kuliah, yang membawa gue pada pengalaman baru...
Gue kuliah di Sekolah Tinggi Desain Interstudi (STDI) di Jl. Kapten Tendean, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dan kebetulan, kampus gue terletak di daerah yang agak ramai, dan kadang-kadang suka macet... Wait, did I say "agak" and "kadang-kadang"? Hell no... Tapi SANGAT ramai dan SELALU macet!! Bukan main...
Nah, keadaan yang selalu macet itulah yang memaksa gue untuk sematang mungkin mengatur jadwal keberangkatan gue kalo mau pergi kuliah dan menuntut ilmu di kampus gue yang juga terletak di pinggir kali.
Secara geografis, kampus gue terletak tepat di tengah cekungan jalan, maksudnya? Jadi gini, dari arah Plaza Tendean sampai RM Ibu Suharti, jalanan menanjak, dan dari arah rumah makan tersebut, jalanan kembali menurun, dan kembali menanjak lagi di perempatan Blok S, dan kampus gue berada tepat di antara kedua titik tersebut. Kali yang mengalir gembira di samping kampus gue juga kadang-kadang suka meluap, nah, dengan letak kampus gue yang berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, maka setiap musim penghujan, akan ada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) baru di kampus gue, yaitu rafting dan scuba diving, alias kebanjiran!
Oke, kembali pada lalu lintas, dulu, waktu awal-awal masuk sebagai junior, gue biasa berangkat ke kampus dengan naek angkot 58 ke arah cililitan, tapi gue berhenti di tol jakarta, tempat bis-bis biasa lewat, dan gue kembali melanjutkan perjalanan menggunakan bis patas mayasari bakti dengan nomor PAC28, yang gue rasa armadanya cuma segelintir, karena nungguin itu bis lewat MASYA ALLAH lamanya... Gue keburu kering nungginnya, karena mereka berangkat dengan jarak interval antar bis 1 jam, jadi kalau gue ketinggalan bis pada jam 10, gue harus nunggu sampe jam 11, dan begitu seterusnya, akhirnya setelah beberapa bulan, gue kapok, dan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan bis tersebut, karena berkat bis itu, gue jadi ngga jarang terlambat masuk kuliah, dan dengan suksesnya menghabiskan jatah absen gue sebanyak tiga kali, sekali lagi terlambat pada mata kuliah yang bersangkutan, maka, bye-bye UAS, dan berarti gue bakal lulus lebih lama dari yang gue perkirakan...
Pilihan gue jatuh kepada bis patas reguler 45 jurusan Cililitan-Blok M via Tendean. Dan gue tetep naek angkot 58 untuk mencapai Cawang, tempat itu bis biasa ngetem. Well, memang di cawang sama panasnya dengan terminal Tol Jakarta, tapi seenggaknya gue ngga perlu nunggu terlalu lama untuk mendapatkan bis ke arah kampus gue... Keadaan bis jenaka yang mobilnya diimpor langsung dari Jepang (Bilangnya sih impor, tapi gue yakin, pasti ini bis bekas deh... yang di sana udah ngga layak pakai... Indonesia kena tepuuuww...) ini beda jauh dari PAC28 yang dahulu biasa gue naiki, selain tarifnya lebih murah, yaitu jauh dekat 2.500 perak (PAC28 jauh dekat 6.500), bis ini juga tanpa AC, dan baik pulang maupun pergi selalu mpet-mpetan. Kalau di PAC28 gue pasti dapet tempat duduk, yang ini ngga, gue mesti rebutan, dan biasanya gue jarang dapet tempat duduk, dan harus berdiri selama perjalanan... biarlah... You've got what you've pay...
Kadang-kadang bis semacam ini juga bikin gue was-was, bokap gue bilang kalo di bis ini rawan copet, tapi Alhamdulillah gue ngga pernah dapet kejadian ngga enak macam begitu... Dalam waktu kurang lebih 1/2 jam, gue sampai di kampus dengan selamat, utuh, dan berkeringat.
Kalau tiap hari Jumat, karena gue kuliah pagi, gue harus berangkat jam setengah 7, jadi gue naek omprengan, barengan sama orang yang juga mau ngantor, gue ngambil omprengan yang ke arah blok M, tapi pulangnya lewat Tendean, mengenai hal ini, akan gue ceritakan dalam postingan gue selanjutnya...
Nah, pulangnya biasanya lebih seru... Karen tiap hari Senin dan Selasa, gue pulang bersamaan dengan orang yang baru pulang ngantor, dan berarti gue harus berdarah-darah untuk mendapatkan kendaraan sebelum maghrib menjelang... gue naek bis dengan nomer sama, cuma arahnya aja yang beda... kalau semua lancar, paling lambat jam 7 gue udah nyampe rumah...
Tapi gue menemukan sebuah pencerahan, yaitu... Kawan gue yang berkacamata, Indra! rumahnya di Cililitan, dan dia bawa motor, yak, sekali lagi motor! Begitu menyadari hal tersebut, gue dengan muka penuh harap minta nebeng, dan walhasil, tiap hari Senin dan Jumat, gue bisa nebeng sama dia sampe Cililitan, dan naek 58 dari PGC, berarti, menghemat!! hohohohohhohohoho... Kadang-kadang, gue yang nyetirin Indra pake motornya, yah, tau diri dikitlah, gue kan udah nebeng... hohohohohoho...
Sesekali waktu juga, temen sekelas gue, Wadi, bawa mobil ke kampus, dan rumahnya di Jatiwaringin, yang relatif deketlah ke rumah gue, dan dengan gembira gue selalu menerima tawarannya untuk pulang bareng, dan berarti, lagi-lagi menghemat!! Apalagi dianterinnya sampe rumah, merdeka!!!
Tapi sekarang lebih mantap lagi, abang sepupu gue, rupanya setiap pulang ngantor lewat depan kampus gue, mantapnya lagi, waktu pulangnya samaan, dan akhirnya, cara yang mantap untuk pulang, tanpa ngongkos... Tapi tiap Jumat sih tetep nebeng Indra, pulangnya jam 3 soalnya, hehehehehehehe... yuk mari...
Yak, begitulah sedikit pengalaman gue naek kendaraan umum, sebenarnya masih banyak yang mau gue ceritain, tapi nanti saja, di postingan berikutnya, biar lebih mantap... hehehehehe...
mantap